LEPTOSPIROSIS Yang Mematikan!
Minna tau gag temannya DBD yang juga mematikan, dialah LEPTOSPIROSIS. Kalo DBD tu penyebarnya keren yaitu nyamuk, Lha nek leptospirosis penyebarnya tikus [ih... ], kalo DBD sih enak nyamuknya ngigit, lha nek Leptispirosis Lewat air kencing tikus [auw auw auw]...
Gejala leptospirosis pun hampir sama dengan DBD. Suhu badan panas selama 2-10 hari, menggigil, sakit kepala dan otot pada betis serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan.
Salah satu penyakit yang dapat terjadi setelah banjir adalah leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan hewan. Lebih tepatnya, penyakit menular ini adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia, termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia.
Penyakit ini disebabkan bakteri leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini mempunyai ratusan serotipe. Nama-nama serotipenya keren sekali minna karena sebagian diambil dari nama penderita atau tempat di Indonesia, seperti, serotipe harjo, mankarso, naam, sarmin, djasiman, sentot, rachmati, paijan, bangkinang, dan binjei. Pokoknya namanya gag kalah kerennya ma nama-nama latin.. kekekeke
Kalo yang nie nama kerennya yang lain. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul dikarenakan banjir. Di beberapa negara, leptospirosis dikenal dengan nama demam icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit Stuttgart, penyakit Weil, demam Canicola, penyakit Swineherd, demam rawa atau demam lumpur.
Bagaimana penularannya pada manusia, minna?
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Namun khusus yang terjadi di Jakarta, penularannya melalui air kencing tikus.
Prosesà Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya saat mencuci muka). Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Minna, kalo mau nyimpen makanan baiknya ditempat yang aman tentram serta terkendali, namun kalo tidak maka Urine tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis yang akan mencemari makanan kita yang tidak disimpan pada tempat yang aman. Dan si urin tikus nie juga dapat mencemari air di kamar mandi.
Sejauh ini tikus merupakan reservoir (sumber) dan sekaligus penyebar utama penyebab leptospirosis. Beberapa jenis hewan lain (sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing) dapat terserang leptospirosis, tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan leptospirosis ke manusia tidak sehebat tikus.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasiennya minna, namun melalui tahapan-tahapan diatas tadi.
Minna, benarkah makanan n minuman ntu ada yang menyebarkan ni virus?
Minna, tidak semua toko penjual makanan minuman ntu terjaga kebersihannya [nak loh, jadi keinget ma Film Rottatoulli, itulo.O yang tikus masak ndek dapur.re orang italia]. Minna, makanan minuman di gudang, di warung-warung, toko kelontong, supermarket, dan dapur berpeluang dikencingi tikus. Jika tikusnya berleptospira, kencing yang mencemari makanan minuman kita itu yang akan menularkan penyakitnya.
Jika tidak secara langsung tertelan atau terminum, kemungkinan kencing yang mencemari tutup minuman kaleng, misalnya. Kita terbiasa menenggak langsung setelah membuka tutup kaleng minuman tanpa membersihkannya lebih dulu. Berarti kencing yang berkuman leptospira di penutup kaleng itu langsung tertelan. [ieeekkk, bisa dibayangkan gag minna, menjijikkan sekali].....
Kemungkinan lain dari gula pasir. Jika karung goni gula pasir juga dikencingi tikus berpenyakit, dan itu bisa terjadi semasih di gudang, ada bagian gula pasir yang tercemar kuman leptospira. Kalau gula pasir berkuman ini dikonsumsi mentah bisa berpotensi menimbulkan leptospirosis.
[Perasaan minna semakin ditelusuri semakin banyak sekali jalan menolong ayu ting-ting mencari alamat palsu, nah loh,.. maksud,e jalan penyebaran ni pirus menuju keluarga yang bahagia..., yoh yoh soyo aneh thoo...]
Langsung saja à
Gejala-gejala penyakitnya?
Penyakit ini ditandai gerah, demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai mencret-mencret. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Orang sering mengira itu gejala masuk angin, flu, atau typhus, sehingga pengobatannya pun tradisional, biasa, seperti dikerok menggunakan uang logam, kemudian dibalur obat gosok dan minum obat sakit kepala.
Bila semakin parah, gejala yang disebut di atas tidak mereda, justru muncul nyeri luar biasa pada sejumlah bagian badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup duduk atau berdiri.
Gejala dini Leptospirosis
Ada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan
Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap dan eptospirosis yang parah malah ada kalanya merenggut nyawa.
Jika pada tahapan ini tidak diobati gejala bertambah parah dan tampak lebih khas.
Oleh karena menyerang hati, pada stadium lanjut muncul gejala penyakit kuning. Kulit dan putih mata menjadi kekuningan, selain tampak pula mata merah layaknya sedang sakit mata. Demam, kuning dan mata merah, Dianggap khas pada leptosprirosis. Adakalanya terjadi perdarahan. Dokter mendengar bunyi para-paru abnormal karena perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi, dan kemungkinan kulit meruam merah karena perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir dan juga Pembengkakan selaput otak atau Meningitis..
Gejala leptospirosis menjadi lebih berat jika tidak diobati atau obatnya salah alamat[kenapa kenapa kenapa #ala ayu ting-ting]. Selain komplikasi ke hati menimbulkan gejala penyakit kuning, komplikasi ke selaput otak menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka kefatalan penyakit leptospirosis mencapai 5 persen, artinya 5 dari setiap 100 kasus bisa tewas.
Nah, Dampak gejala panjangnya apa?
Penyembuhan penyakit Leptospirosis ini bisa lambat. Ada yang mendapat sakit. mirip kelelahan menahun selama berbulan-bulan. Ada pula yang lagi-lagi sakit. kepala atau tertekan. Ada kalanya kuman ini bisa terus berada di dalam mata dan menyebabkan bengkak mata menahun.
Jika sampai jatuh sakit, bagaimana?
Jika jatuh sakit dalam minggu-minggu setelah mungkin terkena air seni binatang atau berada di lingkungan tercemar, laporkanlah hal itu kepada dokter.
Caranya diagnosa?
Minna pemeriksaan laboratorium digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan mengetahui sejauh mana gangguan organ tubuh dan komplikasi yang terjadi.
Seorang dokter mungkin mencurigai Leptospirosis pada seorang yang bergejala, biasanya 1-2 minggu setelah terkena. Peneguhan penyakit ini biasanya dengan contoh darah yang akan menyatakan apakah terkena kuman ini. Untuk diagnosa pada umumnya diperlukan 2 kali contoh darah selang 2 minggu. Ada kalanya
kuman bisa dibiakkan dari darah, cairan tulang punggung ke otak dan air seni.
Keterangan lengkap à
1. Isolasi (pengambilan) kuman leptospira dari jaringan lunak atau cairan tubuh penderita adalah standar kriteria baku. Urin adalah cairan tubuh yang palih baik untuk diperiksa karena kuman leptospira terdapat dalam urin sejak gejala awal penyakit dan akan menetap hingga minggu ke-3. Cairan tubuh lainnya yang mengandung leptospira adalah darah, cerebrospinal fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk ditemukan isolasi kuman sangat pendek
2. Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah sumber identifikasi penemuan kuman leptospira. Isolasi leptospira cenderung lebih sulit dan membutuhkan waktu diantaranya dalam hal referensi laboratorium dan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk melengkapi identifikasi tersebut.
3. Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis. Tetapi, konfirmasi diagnosis ini lambat karena serum akut diambil saat 1-2 minggu setelah gejala awal timbul dan serum konvalesen diambil 2 minggu setelah itu. Antibodi antileptospira diperiksa menggunakan microscopic agglutination test(MAT).
4. Metoda laboratorium cepat dapat merupakan diagnosis yang cukup baik. Titer MAT tunggal sebesar 1:800 pada sera atau identifikasi spiroseta pada mikroskopi lapang gelap bila dikaitkan dengan manifestasi klinis yang khas akan cukup bermakna.
Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita yang dicurigai leptospirosis, selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin untuk mengetehaui komplikasi dan keterlibatan beberapa organ tubuh. Pemeriksaan kadar darah lengkap (complete blood count-CBC) sangat penting.
Penurunan Hemoglobin yang menurun dapat terjadi pada perdarahan paru dan gastrointestinal. Hitung trombosit untuk mengetahui komponen DIC. Blood urea nitrogen dan serum kreatinin dapat meningkat pada anuri atau oliguri tubulointerstitial nefritis yang dapat terjadi pada penyakit Weil.
Peningkatan serum bilirubin dapat terjadi pada obstruksi kapiler di hati. Agak jarang terjadi peningkatan Hepatocellular transaminases dan kurang bermakna, biasanya <200 U/L. Waktu Koagulasi akan meningkat pada disfungsi hati atau DIC. Serum kreatin kinase (MM fraction) sering meningkat pada gangguan otot.
Analisis CSF bermanfaat hanya untuk melakukan eksklusi penyebab meningitis bakteri. Leptospires dapat diisolasi secara rutin dari CSF, tetapi penemuan ini tidak akan merubah tatalaksana penyakit.
Pemeriksaan pencitraan yang didapatkan adalah kelainan pada foto polos paru berupa air space bilateral. Juga dapat menunjukkan kardiomegali dan edema paru yang didapatkan miokarditis. Perdarahan alveolar dari kapilaritis paru dan patchy infiltrate multiple yang dapat ditemukan pada parenkim paru. Ultrasonografi traktus bilier dapat menunjukkan kolesistitis akalkulus.
Pemeriksaan histologis beberapa saat setelah inokulasi dan selama periode inkubasi leptospira melakukan replikasi aktif di hati. Perwarnaan silver staining dan immunofluorescence dapat mengidentifikasi leptospira di hati, limpa, ginjal, CNS dan otot. Selama fase akut pemeriksaan histologi menunjukkan organisma tanpa banyak infiltrat inflamasi.
Diagnosis Banding
- Dengue Fever
- Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome
- Hepatitis
- Malaria
- Meningitis
- Mononucleosis, influenza
- Enteric fever
- Rickettsial disease
- Encephalitis
- Primary HIV infection
Tatalaksana
Terapi antimikrobial adalah pengobatan yang utama pada leptospirosis. Pada infeksi tidak dengan komplikasi tidak membutuhkan rawat inap. Penggunaan doksisiklin oral menunjukkan penurunan durasi demam. Rawat inap diperlukan untuk penderita dengan pemberian terapi penicillin G intravena sebagai pilihan utama.
Penelitian terakhir menunjukkan sefalosporin sama efektifnya dengan doksisiklin dan penisillin pada pengobatan fase akut. Eritromisin digunakan pada kasus kehamilan yang Alergi terhadap penisillin sedangkan amoksisilin adalah terapi alternatif.
Pada kasus berat mengakibatkan gangguan beberapa organ dan gagal multiorgan. In addition to antimicrobials, therapy is supportive. Tatalaksana penderita yang paling penting adalah memonitor dengan cermat perubahan klinis karena berpotensi terjadi gangguan kolap kardiovaskular dan syok dapat terjadi secara cepat dan mendadak.
Fungsi ginjal harus dievaluasi secara cermat dan diperlukan dialisis pada kasus gagal ginjal. Pada umumnya kerusakan ginjal adalah reversibel jika penderita dapat bertahan dalam fase akut. Penyediaan ventilasi mekanik dan proteksi jalan napas harus tersedia bila terjadi gangguan pernapasan berat.
Pengawasan jantung secara terus menerus (continuous cardiac monitoring) untuk memantau keadaan yang dapat timbul seperti takikardia ventrikular (frekuensi denyut jantung yang berlebihan), kontraksi ventrikel prematur (premature ventricular contractions), fibrilasi atrial, flutter, dan takikardia.
Risiko kematian akibat penyakit ini?
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.
Hayo, siapa yang tertular nie penyakit??
Lazimnya penyakit ini terjadi di daerah pertanian dan menyerang kelompok orang tertentu (occupational disease), seperti petani yang bekerja di sawah, pekerja perkebunan, pekerja rumah potong hewan, serta pekerja lain yang selalu kontak langsung dengan urine maupun jaringan hewan seperti dokter hewan, pekerja laboratorium, mantri hewan. Aneka kegemaran yang menyangkut sentuhan dengan air atau tanah yang tercemar pun bisa menularkan
Leptospirosis misalnya berkemah, berkebun, berkelana di hutan, berakit di air berjeram dan olahraga air lainnya.
Penularan leptospirosis pada petani dapat dimengerti karena tikus sawah umumnya tinggal di pematang sawah sehingga urine tikus tersebut mencemari air sawah dan menulari petani lewat luka atau goresan kulit sewaktu mempersiapkan sawah untuk menanam padi.
Apa orang bisa ketularan lebih dari sekali?
Karena terdapat banyak jenis kuman Leptospira yang berlainan, mungkin saja seorang terkena jenis yang lain dan mendapat Leptospirosis lagi.
Apa pengidap Leptospirosis bisa menulari orang lain?
Leptospirosis dapat ditularkan kepada orang lain misalnya penularan lewat kelamin atau air susu ibu, meskipun jarang. Kuman Leptospira dapat ditularkan lewat air seni selama berbulan-bulan setelah terkena.
Pengobatannya?
Kalau Minna terserang leptospirosis, itu bukan berarti akhir dari segalanya lo,O min. Leptospirosis bukan penyakit ganas. Obatnya mudah didapat dan murah. Hanya saja di awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis.
Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat, bahkan di Puskesmas sekali pun.
Jika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik. Bisa lain nasib pasien jika terapi terlambat diberikan. Sudah disebut komplikasi leptospirosis paling jelek jika sudah merusak ginjal, selain hati, dan otak.
pencegahan yang bisa dilakukan??
Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan. Dan menghindari atau mengurangi kontak dengan hewan yang berpotensi terkena paparan air atau lahan yang dicemari kuman. Orang yang berisiko tinggi infeksi harus memakai sarung tangan, baju dan kacamata pelindung.
Kuman leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya “lisolisasi” seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah “mewabah”-nya leptospirosis.
Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih . Selain terkena air kotor , tangan tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari berkontak dengan kencing hewan piaraan.
Cara mencegah Leptospirosis bagaimana??
Yang pekerjaannya menyangkut BINATANG
• Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air.
• Pakailah pakaian pelindung misalnya sarung tangan, pelindung atau perisai
mata, jubah kain dan sepatu bila menangani binatang yang mungkin
terkena, terutama jika ada kemungkinan menyentuh air seninya.
• Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang mati di
dalam maupun digugurkan atau dagingnya.
• Mandilah sesudah bekerja dan cucilah serta keringkan tangan sesudah
menangani apa pun yang mungkin terkena.
• Jangan makan atau merokok sambil menangani binatang yang mungkin
terkena. Cuci dan keringkan tangan sebelum makan atau merokok.
• Ikutilah anjuran dokter hewan kalau memberi vaksin kepada hewan.
Untuk yang lain.
Yang pekerjaannya menyangkut selain BINATANG
• Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.
• Pakailah sarung tangan bila berkebun.
• Halaulah binatang pengerikit dengan cara membersihkan dan menjauhkan
sampah dan makanan dari perumahan.
• Jangan memberi anjing jeroan mentah.
• Cucilah tangan dengan sabun karena kuman Leptospira cepat mati oleh
sabun, pembasmi kuman dan jika tangannya kering.
• Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni
binatang.
• Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum
bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air
kencing binatang.
Jadi minna kita harus berhati-hati akan apa yang ada disekitar kita yang kiranya dapat menyebarkan nie penyakit, bersikap disiplin hidup bersih dan higeinis penting untuk mengurangi penyebaran nie penyakit.
Kalau udah terjankit buruan dech minna periksa ke dokter, pokoknya jangan ampek parah.
^^
[Dilangsir dari berbagai sumber, dengan Perubahan]
terima kasih telah mengunjungi blogku http://www.sahabjogja.com
salam